Gabriel Attal Resmi Menjadi Perdana Menteri Prancis: Pemimpin Muda yang Pernah Mengaku Gay dan Melarang Abaya di Perancis

Gabriel Attal Resmi Menjadi Perdana Menteri Prancis

Suaranusa.com - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan perubahan signifikan dalam kabinetnya dengan menunjuk Gabriel Attal sebagai perdana menteri baru, menggantikan Elisabeth Borne yang mengundurkan diri. Attal, yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Pendidikan, resmi ditunjuk pada Selasa (9/1), menjadikannya Perdana Menteri termuda dalam sejarah Prancis, menggantikan Borne.

Dalam pidatonya, Attal menegaskan semangat transformasi dan keberanian bagi Prancis, menyatakan, "Prancis tidak akan pernah identik dengan kemunduran, Prancis akan identik dengan transformasi, Prancis akan identik dengan keberanian." Sementara itu, Borne menyatakan tekadnya untuk tetap melayani Prancis sebagai anggota parlemen.

Perubahan dalam kabinet ini terjadi menjelang Olimpiade di Paris dan pemilihan parlemen Eropa musim panas ini. Macron, yang memiliki kekuatan sentris, menghadapi risiko kekalahan dari sayap kanan yang dipimpin oleh Marine Le Pen. Persaingan politik semakin intens menjelang pemilihan presiden tahun 2027.

Gabriel Attal, selain menjadi perdana menteri termuda, juga mencatat sejarah sebagai pemimpin pemerintahan Prancis yang pertama kali secara terbuka menyatakan dirinya gay. Karier politiknya meroket sejak masuk dunia politik pada usia 20-an. Terpilih sebagai anggota Majelis Nasional pada tahun 2017, Attal kemudian menjadi juru bicara pemerintah dan menteri anggaran.

Pada bulan Juli, ia diangkat menjadi Menteri Pendidikan, mendapatkan salah satu posisi pemerintahan paling penting dan sensitif secara politik. Attal memprioritaskan penanganan kasus bullying di sekolah, sebagai respons terhadap serangkaian kasus bunuh diri anak-anak sekolah dalam beberapa tahun terakhir. Kebijakannya yang melarang penggunaan abaya di sekolah, pakaian longgar dari bahu hingga kaki yang umumnya digunakan wanita Muslim, juga menjadi sorotan.

Attal, yang memiliki ayah Yahudi, mengungkapkan bahwa ia pernah mengalami anti-Semitisme dan homofobia. Dalam wawancara, ia menyatakan dirinya sebagai seorang Kristen Ortodoks. Perombakan kabinet yang lebih luas diperkirakan akan dilakukan oleh Macron dalam beberapa minggu mendatang, sebagai upaya untuk mengoptimalkan timnya menjelang tiga tahun terakhir masa kepresidenannya.

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak